PEMANFAATAN
SENYAWA ALKALOID PADA DAUN BELUNTAS (PLUCHEA
INDICA LESS) SEBAGAI OBAT BATUK DENGAN METODE EKSTRAKSI
Disusun oleh :
Lis Setiyo Ningrum (113711003)
PUSAT PENELITIAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
I.
JUDUL PENELITIAN
PEMANFAATAN
SENYAWA ALKALOID PADA DAUN BELUNTAS (PLUCHEA
INDICA LESS) SEBAGAI OBAT BATUK DENGAN METODE EKSTRAKSI
II.
ABSTRAK
Telah dilakukan berbagai
eksperimen mengenai khasiat dari berbagai tanaman tradisional salah satunya
adalah pemanfaatan tanaman beluntas sebagai obat-obatan untuk berbagai macam
penyakit seperti demam,batuk, pegal linu,keputihan, nyeri, reumatik, luka dan
lain sebagainya. Sayangnya pemanfaatan dari daun beluntas itu kurang dapat dimaksimalkan karena kurang disadari
oleh masyarakat. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan membahas tentang
analisis senyawa alkaloid pada daun beluntas sebagai obat batuk dengan metode
ekstraksi yaitu dilakukan
dengan cara penghalusan daun beluntas kemudian ditambah dengan etanol 96%, kemudian didiamkan
dan disaring,sehingga menghasilkan filtrat dan residu, kemudian residunya
ditambah dengan ethanol 96% lagi
seperti langkah yang pertama dan disaring kembali dicampur dengan filtrat yang pertama dalam
Erlenmeyer, dan seterusnya sampai tiga kali. Kemudian filtrat yang terkumpul
dijadikan satu dan di evaporasi.
Kata kunci: senyawa alkanoid, daun beluntas,
ekstraksi
III.
PENDAHULUAN
Tanaman beluntas merupakan salah satu tanaman yang
banyak terdapat di Indonesia. Dalam tanaman beluntas terdapat
kandungan-kandungan yang yang sangat berguna bagi manusia. Namun daun beluntas
kurang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena dianggap hanya tanaman biasa,
padahal manfaatnya sangat besar bagi kesehatan manusia yaitu sebagai obat
kangker,
demam, pegal linu, keputihan, nyeri, reumatik, luka,batuk dan lain sebagainya
karena daun beluntas memiliki kandungan yang bermanfaat diantaranya
alkaloid, flavonoida, tanin, minyak atsiri, asam klorogenik, natrium, kalium, aluminium,
kalsium, magnesium, dan fosfor dan lain sebagainya. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti
ingin meneliti pemanfaatan senyawa alkanoid yang terdapat pada daun beluntas
sebagai obat batuk dengan metode ekstraksi.
IV.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang
masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana
karakteristik dan struktur tanaman beluntas?
2. Bagaimana
karakteristik senyawa alkaloid yang terkandung di alam daun beluntas?
3. Bagaimana
metode ekstraksi daun beluntas sebagai obat batuk?
V.
PEMBATASAN MASALAH
Agar
penelitian yang dibahas ini fokus pada kluster yang dibahas, maka
penelitian ini akan dibatasi pada pemanfaatan daun beluntas sebagai obat batuk
dengan metode ekstraksi dengan memanfaatkan kandungan senyawa alkanoid yang
terkandung di dalamnya.
VI.
SIGNIFIKANSI MASALAH
Setelah dilakukan penelitian ini
diharapkan akan diperoleh produk berupa obat batuk yang berasal dari daun
beluntas dengan harga yang murah dan mudah didapatkan sehingga dapat memudahkan
masyarakat.
VII.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini
adalah:
1. Dapat
mengetehui karakteristik dan struktur tanaman beluntas.
2. Dapat
mengetahui karakteristik senyawa alkaloid yang terkandung di dalam daun beluntas.
3. Dapat
mengetehui metode ekstraksi daun beluntas sebagai obat batuk.
VIII.
MANFAAT
Dengan
menulis penelitian
ini, diharapkan memberikan informasi tentang manfaat lain dari daun beluntas,
yaitu:
1. Dapat
mengetahui senyawa yang terkandung dalam daun beluntas
2. Dapat
memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat daun beluntas sebagai
obat penyakit batuk
3. Memberikan
informasi tentang khasanah keilmuan pada bidang kimia serta menjadi landasan
bagi penelitian selanjutnya.
IX.
KAJIAN RISET SEBELUMNYA
Kajian
riset sebelumnya tentang pemanfaatan daun beluntas sebagai obat yaitu sebagai
berikut.
Penulis (tahun)
|
Tujuan
|
Teknik pengumpulan data
|
Kesimpulan
|
Rizal Maarif Rukmana (2010)
|
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun
beluntas (pluchea indica Less)
terhadap proses spermatogenesis pada mecit (Mus musculus L)
|
Eksperimen
|
Ekstrak daun beluntas mampu menurunkan jumlah sel
spermatogonium, sel spermatosit primer, sel spermatid, dan sel leydig. Dengan
dosis yang paling baik adalah187,5 mg/kg bb.
|
X.
KAJIAN PUSTAKA
1. Karakteristik
dan struktur tanaman beluntas
Tanaman beluntas (Pluchea
indica Less) merupakan suatu tanaman semak
yang tumbuh tersebar di daerah tropis termasuk Indonesia. Daun tanaman beluntas
di Indonesia secara turun temurun digunakan untuk mengobati penyakit bau badan.
Beberapa spesies dari genus Pluchea telah diteiliti kandungan kimianya.
diantaranya ada yang mengandung senyawa yang bersifat sebagai obat kanker
(Aditya, 1992). Dan memiliki kandungan-kandungan kimia yang banyak diantaranya
adalah senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, minyak atsiri, asam chlorogenik,
natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor dan lain sebagainya.
sehingga tidak hanya dapat digunakan sebagai obat kangker atau penghilang bau
badan. Akan tetapi juga dapat digunakan sebagai obat batuk, obat nyeri,
gangguan pencernaan dan lain sebagainya.
Ciri-ciri
tanaman beluntas adalah sebagai berikut:
a. Tumbuh
liar di daerah kering di tanah yang keras dan berbatu atau ditanam sebagai
tanaman pagar.
b. Memerlukan
cukup cahaya matahari atau sedikit naungan. Banyak ditemukan di daerah pantai
dekat laut sampai ketinggian 1.000 m dpl.
- Perdu kecil, tumbuh tegak sampai 2 m atau lebih.
- Bercabang banyak,berusuk halus, berambut lembut. Daun bertangkai pendek, letak berseling, helaian
- daun bulat telur sungsang. Ujung bulat melancip, tepi bergigi, berkelenjar, panjang 2,5 sampai 9 cm.
- Lebar 1 - 5,5 cm. dengan warna hijau terang bila diremas mengeluarkan bau harum.
- Bunga majemuk dengan bentuk malai rata, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai.
- Bunga berbentuk bonggol, bergagang ataupun duduk, berwarna putih kekuningan sampai ungu.
- Buah longkah agak berbentuk gasing, kecil, keras berwarna coklat dengan sudut-sudut berwarna putih.
- Biji kecil, coklat keputih-putihan. Perbanyakan dengan setek batang yang cukup tua.
Menurut
Van Steenis (1975) klasifikasi beluntas dalam sistematika tumbuhan sebagai
berikut:
Devisi : Spermatophyta
Sub
division : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Pluchea
Spesies : Pluchea indica Less
Nama Daerah
Di berbagai daerah di Indonesia beluntas
dikenal dengan nama beluntas(Sumatra), baruntas (Sunda), luntas (Jawa Tengah),
baluntas (Madura), lamutasa(Makasar). Sedangkan di luar Indonesia beluntas dikenal
dengan namalenabou(Timor), beluntas (Malaysia), beluntas (Singapura), dan khlu
(Thailand) (Heyne,1987).
Beberapa
senyawa yang terkandung dalam tanaman beluntas (pluchea indica Less) yaitu alkanoid, flavonoid, tannin, minyak
atsiri, asam chlorogenik, natrium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor.
Sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan tanin (Susetyarini, 2007).
Senyawa-senyawa ini merupakan senyawa metabolit sekunder.
Kandungan
senyawa-senyawa dalam daun beluntas:
1. Alkaloid
Alkaloid
merupakan senyawa organik yan terdapat banyak di alam terutama dalam tumbuhan.
Alkaloid didefinisikan sebagai senyawa bersifat basa, memiliki amino yang
kompleks dan atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan. Alkaloid adalah senyawa
metabolit sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih satu atom nitrogen. Biasanya
dalam cincin heterosiklik dan banyak digunakan sebagai obat atau untuk
keperluan farmasi. Senyawa alkanoid dapat digunakan sebagai bahan untuk
obat-obatan diantaranya obat batuk, reumatik, anti malaria, dan anti kejang.
Alkanoid pada tanaman telah dipercaya sebagai sumber nitrogen yaitu sebagai perlindungan tanaman,
perkecambahan, dan menstimulasi pertumbuhan tanaman. Alkanoid yang diperoleh
dari tanaman dapat dipengaruhi fisiologi dari metabolisme pada manusia dan
hewan.(padua et al, 1993).
2. Flavonoid
`Flavonoid
adalah senyawa fenol yang bertanggung jawab atas pigmen warna pada bunga, buah,
dan kadang-kadang pada daun. Senyawa itu adalah cahalcones dan flavonols,
senyaa ini member efek warna kuning. Flavonoid memiliki peranan yang sangat
besar pada pembentukan pigmen tanaman. Selain itu senyawa flavonoid juga dapat
melindungi tanaman dari bahaya sinar UV serta berperan dalam menarik hewan yang
membantu penyerbukan (padua et al
1993).
Struktur
dasar dari senyawa flavonoid adalah 2-phenyl
kromat atau Ar-C3-Ar skeleton. Senyawa ini merupakan derivad dari
kombinasi asam shikimic dan asam asetat (padua et al 1993). Menurut syahnida (2003) dalam hasanah (2009)
menyatakan semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk
flavon. Flavonoid banyak ditemukan dalam bentuk tepung putih pada tumbuhan
primula contohnya tanaman beluntas dan biasanya terdapat pada vakuola sel. Pada
bidang farmakologi flavonoid dapat digunakan sebagai anti radang, anti body,
antioksidan. Biasanya dalam cincin heterosiklik dan bersifat aktif biologis.
3. Tanin
Tanin memiliki struktur kimia yang
komleks. Tanin banyak ditemukan pada tumbuhan yang berpembuluh. Tanin merupakan
senyawa fenolik yang larut air dengan BM 500-3000. Memberikan reaksi umum
senyawa fenol dan memiliki sifat-sifat khusus seperti pretisipasi alkaloid dan
protein-protein lain. Di dalam tumbuhan tanin terletak terpisah dengan protein
dan enzim sitoplasma. Bila jaringan rusak, maka reaksi penyamakan dapat
terjadi. Reaksi ini dapat menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan
pencernaan hewan. Sebagian tumbuhan yang bertanin dihindari oleh hewan pemakan
tumbuhan karena rasanya yang sepat (harbone, 1984).
4. Minyak
Atsiri
Minyak atsiri adalah suatu segala sesuau
yang terkait dengan bau harum yang berasal dari tumbuhan. Minyak atsiri dari
satu tumbuhan dengan tumbuhan yang lain berbeda. Kebanyakan minyak atsiri
memiliki komponen kimia dan komposisi yang berbeda. Komponen atau kandungan
komponen kimia tersebut sangat penting dalam menentukan aroma dan kegunaannya
sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah menguap pada suhu
kamar, sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisis yang
digunakan dalam penentuan komponen kimia dan komposisinya (Agusta, 2000).
Minyak
atsiri pada tanaman beluntas terdapat pada bagian daun. Ditinjau dari sumber
alami minyak minyak atsiri. Subtansinya yang mudah menguap dapat dijadikan ciri
khas dari suatu jenis tumbuhan. Setiap
tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri aromany spesifik. Ada beberapa jenis
minyak atsiri yang memiliki aroma yang mirip, tetapi komponen kimia penyusunnya
yang berbeda.
2. Alkanoid sebagai obat batuk
Alkaloid adalah
sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan
terdapat pada tumbuhan dan hewan. Kata alkaloid berarti “mirip alkali” karena
dianggap bersifat basa. Istilah alkaloid kali pertama digunakan oleh Carl
Friedrich Wilhelm Meissner (1819, apoteker dari jerman) untuk menyebut berbagai
senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa, pada waktu
itu sudah dikenal dengan morfin, striknina, dan solanina.hingga sekarang
dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat
beragam, sehingga sampai sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya.
Alkaloid biasanya dihasilkan oleh berbagai organisme mulai dari bakteri, fungi
(jamur), tumbuhan, dan hewan. Untuk mendapatkan senyawa alkaloid biasanya
didapatkan dengan cara ekstraksi. Saat dikonsumsi senyawa alkaloid terasa pahit
atau getir.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino
yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan
tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang
menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang
mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu
aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau
fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan
metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis
alkaloid.
Berikut adalah beberapa
contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa
Alkaloid
(Nama Trivial) |
Aktivitas Biologi
|
Nikotin
|
Stimulan pada syaraf otonom
|
Morfin
|
Analgesik, obat batuk
|
Kodein
|
Analgesik, obat batuk
|
Atropin
|
Obat tetes mata
|
Skopolamin
|
Sedatif menjelang operasi
|
Kokain
|
Analgesik
|
Piperin
|
Antifeedant (bioinsektisida)
|
Quinin
|
Obat malaria
|
Vinkristin
|
Obat kanker
|
Ergotamin
|
Analgesik pada migrain
|
Reserpin
|
Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
|
Mitraginin
|
Analgesik dan antitusif
|
Vinblastin
|
Anti neoplastik, obat kanker
|
Saponin
|
Antibakteri
|
Golongan – golongan alkanoid yang
lain adalah sebagai berikut:
a. Golongan Piridina: piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, cytisine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.
b. Golongan isokulina: alkaloid-alkaloid opium (papaverine,
narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine,
oxyacanthine
d. Golongan Kuinolina: kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina, strychnine, brucine, veratrine, cevadine
1. Tryptamines:
serotonin, DMT, 5-MeO-DMT, bufotenine
2. Ergoniles
(alkaloid-alkaloid dari ergot): ergine, ergotamine, lysergic acid
3. Beta-carboline:
harmani, harmaline, tetrahydroharmine
4. Yohimbans:
reserpine, yohimbine
5. Alkaloid
Vince: vinblastine, vincristine
6. Alkaloid
Tabernanthetboga: iboga, voacangine, coronaridine
7. Alkaloid
Strychnosnux-vomica:strychnine, brucine
h. Golongan
Purine:
Xantina: Kafein,
teobromina,theophylline
i.
GolonganTerpenoid:
Alkaloid Acoitum:
aconitine
Alkaloid Steroid (yang bertulang
punggung steroid pada struktur yang bernitrogen)
Solanum
(contoh: kentang dan alkaloid tomat, solanidine, solanine, chaconine)
Alkaloid Veratrum
(Veratramine, cyclopamine, cycloposine, jervine, muld amine)
Alkaloid salamander
berapi (samandarin)
Lainnya: conessine
j.
Senyawa ammonium
quaternary: muscarine, choline, neurine
k. Lain-lainnya:
capsaicin, cynarin, phytolaccine, phytolaccotoxin
Batuk adalah suatu mekanisme perlindungan berupa reflek fisiologis
yang bertujuan untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari
'benda asing' yang merangsang terjadinya reflek tersebut. Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal
yaitu polusi udara, perubahan suhu mendadak suhu mendadak, dan rangsangan
mekanis. Jenis obat batuk dibagi menjadi dua macam yaitu
- Ekspektoran (pengencer dahak)
Obat batuk ini ditujukan untuk jenis batuk
berdahak, karena dapat mempertinggi sekresi saluran pernapasan atau mencairkan
dahak. Kandungan obat batuk yang mungkin ada dalam jenis ekspektoran ini adalah
zat yang bersifat mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan, misalnya
guaiafenesin atau gliserin guaiacolat (GG), ammonium klorida (NH 4 Cl), dan
kalium yodida (KI). Obat batuk jenis ini seringkali dicampur dengan ramuan
tumbuh-tumbuhan seperti jahe dan mint sehingga memberikan rasa hangat pada
tenggorokan.
- Non-Ekspektoran (obat penekan batuk)
Obat penekan
batuk biasanya digunakan untuk batuk tidak berdahak karena kerjanya menekan
pusat batuk di otak dan menaikkan ambang rangsang batuk. Biasanya tersedia
dalam bentuk cair atau padat. Obat batuk ini ditunjukkan untuk jenis batuk
kering. Ada dua golongan zat aktif yang biasa digunakan yaitu golongan alkaloid
morfin seperti kodein, dionin, dan lain-lain. dan golongan non morfin sseperti
dextromenthorphan (DMP)
Penyakit
batuk dapat diredam dengan suatu zat yang disebut dengan zat intusif. zat intusif yaitu suatu zat yang digunakan
sebagai pereda batuk atau suatu senyawa yang bekerja dengan menekan pusat
batuk. Ada dua golongan zat aktif yang
biasa digunakan untuk jenis antitusif, yaitu golongan Alkaloid Morfin dan
Non-Morfin. Golongan Alkaloid Morfin misalnya
kodein, dionin, codipront dan lain-lain.
XI.
METODOLOGI PENELITIAN
DAN DESAIN PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium prodi
kimia fakultas tarbiyah IAIN Walisongo. Penelitian ini mempunyai tujuan akhir
dapat memenfaatkan tanaman sederhana sebagai obat untuk penyakit batuk dengan
harga murah dan mudah di dapat.
Tahapan Pelaksanaan
a. Tahap awal
1) Pembelian
peralatan
2) Pembelian
atau pencarian bahan
b.
Tahap
Pelaksanaan
1) Pengambilan,
pengeringan, dan penghalusan.
Bahan
tumbuhan yang digunakan adalah daun beluntas (pluchea indica Less) yang sehat (tidak terkena hama) mulai dari
bagian tua sampai pucuknya, dicuci dengan air mengalir, dikeringkan kemudian
dihaluskan.
2) Ekstraksi
Ambil 100 gram serbuk beluntas kemudian
ditambahkan ethanol 96% 150 mL diaduk, kemudian dipisahkan antara filtrat dan
residunya dengan cara penyaringan. Filtratnya kemudian di tampung dalam Erlenmeyer,
sementara residunya di campur dengan 96% 150 mL ethanol untuk diambil
filtratnya kembali dan dicampur dengan filtrat yang pertama hingga tiga kali.
Kemudian semua filtrat yang telah terkumpul dijadikan satu dalam Erlenmeyer
kemudian di evaporasi, sehingga menjadi ekstrak kental.
3) Uji
fitokimia
1. Alkaloid
Sampel dibasakan dengan ammonia 10%
kemudian ditambahkan kloroform, digerus kuat-kuat. Lapisan kloroform dipipet
sambil disaring, lalu di dalamnya ditambahkan larutan asam klorida 2 N,campuran
dikocok kuat sehingga terbentuk dua lapisan lapisan asam dipipet kemudian
dibagi menjadi tiga bagian:
1.1 bagian
pertama ditambahkan pereaksi Meyer. Terjadinya endapan putih atau kekeruhan
menunjukkan adanya alkaloid.
1.2 Bagian
kedua ditambahkan pereaksi Dragendrof. Terjadina endapan jingga coklat
menunjukkan adanya alkaloid.
1.3 Bagian
ketiga digunakan sebagai blangko.
a. Tahap akhir
Penyusunan
laporan
Instrumen pelaksanaan
Pengujian
produk sebagai obat batuk
XII.
JADWAL
KEGIATAN
Adapun
rincian jadwal kegiatan adalah sebagai berikut:
No.
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Studi Literatur
Penyusunan proposal
Pengumpulan data dan observasi awal
Persiapan alat dan bahan serta penyusunan
instrument
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan dan analisis data
Penyusunan laporan
Ekspose hasil penelitian
Revisi hasi penelitian
|
1 September 2012
13 September 2012 – 18 oktober 2012
19 oktober 2012 – 09 november 2012
10 november 2012 – 24 november 2012
25 november 2012 – 25 desember 2012
26 desember 2012 – 27 januari 2012
28 januari 2012–
30 Pebruari 2012
30 Pebruari 2012 – 02 maret 2012
02 maret 2012 – 03 maret 2012
03 maret 2012 –
30 maret 2012
|
XIII.
Rancangan
Biaya
No.
|
Keterangan
|
Jumlah biaya
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Pengadaan data teoritis (literatur)
Pengadaan ATK
Pengumpulan data dan observasi awal
Persiapan alat dan bahan serta penyusunan
instrument
Pelaksanaan penelitian
Penulisan hasil penelitian
Ekspose hasil penelitian
Penggandaan laporan
Aomodasi
|
Rp. 500.000,-
Rp.
750.000,-
Rp.
500.000,-
Rp. 1.000.000,-
Rp. 1.500.000,-
Rp.
750.000,-
Rp.
500.000,-
Rp.
500.000,-
Rp. 1.000.000,-
|
|
Jumlah
|
Rp.
7.000.000,-
|
Sastrohamidjojo, Hardjono, 1996, Sintesis Bahan Alam,
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
http://www.scribd.com/doc/49575733/15/Uji-Senyawa-Alkaloid
diakses tanggal 7 juli 2012
http://www.sehatnews.com/2012/02/16/bila-batuk-ketahui-jenisnya-baru-pilih-obatnya
diakses tanggal 7 juli 2012
http://www.google.co.id/url?sa=t&ct=j&q=kandungan+pada+daun+beluntas
diakses tanggal 30 juli 2012
http;//www.google.co.id/url?sa=t&ct=j&q=kandungan+kimia+daun+beluntas
diakses tanggal 30 juli 2012
http://jamu.biologi.ub.ac.id/?page_id=187
diakses tanggal 30 juli 2012
http://coilku.com/expansion-valve-katup-ekspansi-dan-evaporator.html
siakses tanggal 9 juli 2012
XV.
LAMPIRAN
Gambar tanaman
beluntas

Struktur alkanoid










![]() |



![]() |

![]() |
|||
![]() |
|||























Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking