Vrydag 24 Mei 2013

laporan senyawa alkaloid pada beluntas sebagai obat batuk



PEMANFAATAN SENYAWA ALKALOID PADA DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA LESS) SEBAGAI OBAT BATUK DENGAN METODE EKSTRAKSI
 
Disusun oleh :
Lis Setiyo Ningrum                 (113711003)


PUSAT PENELITIAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012

       I.            JUDUL PENELITIAN
PEMANFAATAN SENYAWA ALKALOID PADA DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA LESS) SEBAGAI OBAT BATUK DENGAN METODE EKSTRAKSI

    II.            ABSTRAK
Telah dilakukan berbagai eksperimen mengenai khasiat dari berbagai tanaman tradisional salah satunya adalah pemanfaatan tanaman beluntas sebagai obat-obatan untuk berbagai macam penyakit seperti demam,batuk, pegal linu,keputihan, nyeri, reumatik, luka dan lain sebagainya. Sayangnya pemanfaatan dari daun beluntas itu kurang dapat dimaksimalkan karena kurang disadari oleh masyarakat. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan membahas tentang analisis senyawa alkaloid pada daun beluntas sebagai obat batuk dengan metode ekstraksi yaitu dilakukan dengan cara penghalusan daun beluntas kemudian ditambah dengan etanol 96%, kemudian didiamkan dan disaring,sehingga menghasilkan filtrat dan residu, kemudian residunya ditambah dengan ethanol  96% lagi seperti langkah yang pertama dan disaring kembali  dicampur dengan filtrat yang pertama dalam Erlenmeyer, dan seterusnya sampai tiga kali. Kemudian filtrat yang terkumpul dijadikan satu dan di evaporasi.
                        Kata kunci: senyawa alkanoid, daun beluntas, ekstraksi

 III.            PENDAHULUAN
Tanaman beluntas merupakan salah satu tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Dalam tanaman beluntas terdapat kandungan-kandungan yang yang sangat berguna bagi manusia. Namun daun beluntas kurang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena dianggap hanya tanaman biasa, padahal manfaatnya sangat besar bagi kesehatan manusia yaitu sebagai obat kangker, demam, pegal linu, keputihan, nyeri, reumatik, luka,batuk dan lain sebagainya karena daun beluntas memiliki kandungan yang bermanfaat diantaranya alkaloid, flavonoida, tanin, minyak atsiri, asam klorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor dan lain sebagainya. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti pemanfaatan senyawa alkanoid yang terdapat pada daun beluntas sebagai obat batuk dengan metode ekstraksi.
 IV.            RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:
1.      Bagaimana karakteristik dan struktur tanaman beluntas?
2.      Bagaimana karakteristik senyawa alkaloid yang terkandung di alam daun beluntas?
3.      Bagaimana metode ekstraksi daun beluntas sebagai obat batuk?

    V.            PEMBATASAN MASALAH
Agar  penelitian yang dibahas ini fokus pada kluster yang dibahas, maka penelitian ini akan dibatasi pada pemanfaatan daun beluntas sebagai obat batuk dengan metode ekstraksi dengan memanfaatkan kandungan senyawa alkanoid yang terkandung di dalamnya.
 VI.            SIGNIFIKANSI MASALAH
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan akan diperoleh produk berupa obat batuk yang berasal dari daun beluntas dengan harga yang murah dan mudah didapatkan sehingga dapat memudahkan masyarakat.
VII.            TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah:
1.      Dapat mengetehui karakteristik dan struktur tanaman beluntas.
2.      Dapat mengetahui karakteristik senyawa alkaloid yang terkandung di dalam daun beluntas.
3.      Dapat mengetehui metode ekstraksi daun beluntas sebagai obat batuk.


VIII.            MANFAAT
Dengan menulis penelitian ini, diharapkan memberikan informasi tentang manfaat lain dari daun beluntas, yaitu:
1.      Dapat mengetahui senyawa yang terkandung dalam daun beluntas
2.      Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat daun beluntas sebagai obat penyakit batuk
3.      Memberikan informasi tentang khasanah keilmuan pada bidang kimia serta menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya.
 IX.            KAJIAN RISET SEBELUMNYA
Kajian riset sebelumnya tentang pemanfaatan daun beluntas sebagai obat yaitu sebagai berikut.
Penulis (tahun)
Tujuan
Teknik pengumpulan data
Kesimpulan
Rizal Maarif Rukmana (2010)
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun beluntas (pluchea indica Less) terhadap proses spermatogenesis pada mecit (Mus musculus L)
Eksperimen
Ekstrak daun beluntas mampu menurunkan jumlah sel spermatogonium, sel spermatosit primer, sel spermatid, dan sel leydig. Dengan dosis yang paling baik adalah187,5 mg/kg bb.



    X.            KAJIAN PUSTAKA
1.      Karakteristik dan struktur tanaman beluntas
Tanaman beluntas (Pluchea indica Less) merupakan suatu tanaman semak yang tumbuh tersebar di daerah tropis termasuk Indonesia. Daun tanaman beluntas di Indonesia secara turun temurun digunakan untuk mengobati penyakit bau badan. Beberapa spesies dari genus Pluchea telah diteiliti kandungan kimianya. diantaranya ada yang mengandung senyawa yang bersifat sebagai obat kanker (Aditya, 1992). Dan memiliki kandungan-kandungan kimia yang banyak diantaranya adalah senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor dan lain sebagainya. sehingga tidak hanya dapat digunakan sebagai obat kangker atau penghilang bau badan. Akan tetapi juga dapat digunakan sebagai obat batuk, obat nyeri, gangguan pencernaan dan lain sebagainya.
Ciri-ciri tanaman beluntas adalah sebagai berikut:
a.       Tumbuh liar di daerah kering di tanah yang keras dan berbatu atau ditanam sebagai tanaman pagar.
b.      Memerlukan cukup cahaya matahari atau sedikit naungan. Banyak ditemukan di daerah pantai dekat laut sampai ketinggian 1.000 m dpl.
  1. Perdu kecil, tumbuh tegak sampai 2 m atau lebih.
  2. Bercabang banyak,berusuk halus, berambut lembut. Daun bertangkai pendek, letak berseling, helaian
  3. daun bulat telur sungsang. Ujung bulat melancip, tepi bergigi, berkelenjar, panjang 2,5 sampai 9 cm.
  4. Lebar 1 - 5,5 cm. dengan warna hijau terang bila diremas mengeluarkan bau harum.
  5. Bunga majemuk dengan bentuk malai rata, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai.
  6. Bunga berbentuk bonggol, bergagang ataupun duduk, berwarna putih kekuningan sampai ungu.
  7. Buah longkah agak berbentuk gasing, kecil, keras berwarna coklat dengan sudut-sudut berwarna putih.
  8. Biji kecil, coklat keputih-putihan. Perbanyakan dengan setek batang yang cukup tua.
Menurut Van Steenis (1975) klasifikasi beluntas dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut:
Devisi              : Spermatophyta
Sub division    : Magnoliophyta
Kelas               : Dicotyledoneae
Bangsa                        : Asterales
Suku                : Asteraceae
Marga              : Pluchea
Spesies            : Pluchea indica Less
Nama Daerah
Di berbagai daerah di Indonesia beluntas dikenal dengan nama beluntas(Sumatra), baruntas (Sunda), luntas (Jawa Tengah), baluntas (Madura), lamutasa(Makasar). Sedangkan di luar Indonesia beluntas dikenal dengan namalenabou(Timor), beluntas (Malaysia), beluntas (Singapura), dan khlu (Thailand) (Heyne,1987).
Beberapa senyawa yang terkandung dalam tanaman beluntas (pluchea indica Less) yaitu alkanoid, flavonoid, tannin, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor. Sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan tanin (Susetyarini, 2007). Senyawa-senyawa ini merupakan senyawa metabolit sekunder.
Kandungan senyawa-senyawa dalam daun beluntas:
1.      Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa organik yan terdapat banyak di alam terutama dalam tumbuhan. Alkaloid didefinisikan sebagai senyawa bersifat basa, memiliki amino yang kompleks dan atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan. Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih satu atom nitrogen. Biasanya dalam cincin heterosiklik dan banyak digunakan sebagai obat atau untuk keperluan farmasi. Senyawa alkanoid dapat digunakan sebagai bahan untuk obat-obatan diantaranya obat batuk, reumatik, anti malaria, dan anti kejang. Alkanoid pada tanaman telah dipercaya sebagai sumber nitrogen  yaitu sebagai perlindungan tanaman, perkecambahan, dan menstimulasi pertumbuhan tanaman. Alkanoid yang diperoleh dari tanaman dapat dipengaruhi fisiologi dari metabolisme pada manusia dan hewan.(padua et al, 1993).
2.      Flavonoid
`Flavonoid adalah senyawa fenol yang bertanggung jawab atas pigmen warna pada bunga, buah, dan kadang-kadang pada daun. Senyawa itu adalah cahalcones dan flavonols, senyaa ini member efek warna kuning. Flavonoid memiliki peranan yang sangat besar pada pembentukan pigmen tanaman. Selain itu senyawa flavonoid juga dapat melindungi tanaman dari bahaya sinar UV serta berperan dalam menarik hewan yang membantu penyerbukan (padua et al 1993).
Struktur dasar dari senyawa flavonoid adalah 2-phenyl kromat atau Ar-C3-Ar skeleton. Senyawa ini merupakan derivad dari kombinasi asam shikimic dan asam asetat (padua et al 1993). Menurut syahnida (2003) dalam hasanah (2009) menyatakan semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon. Flavonoid banyak ditemukan dalam bentuk tepung putih pada tumbuhan primula contohnya tanaman beluntas dan biasanya terdapat pada vakuola sel. Pada bidang farmakologi flavonoid dapat digunakan sebagai anti radang, anti body, antioksidan. Biasanya dalam cincin heterosiklik dan bersifat aktif biologis.
3.      Tanin
Tanin memiliki struktur kimia yang komleks. Tanin banyak ditemukan pada tumbuhan yang berpembuluh. Tanin merupakan senyawa fenolik yang larut air dengan BM 500-3000. Memberikan reaksi umum senyawa fenol dan memiliki sifat-sifat khusus seperti pretisipasi alkaloid dan protein-protein lain. Di dalam tumbuhan tanin terletak terpisah dengan protein dan enzim sitoplasma. Bila jaringan rusak, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini dapat menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Sebagian tumbuhan yang bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat (harbone, 1984).
4.      Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah suatu segala sesuau yang terkait dengan bau harum yang berasal dari tumbuhan. Minyak atsiri dari satu tumbuhan dengan tumbuhan yang lain berbeda. Kebanyakan minyak atsiri memiliki komponen kimia dan komposisi yang berbeda. Komponen atau kandungan komponen kimia tersebut sangat penting dalam menentukan aroma dan kegunaannya sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah menguap pada suhu kamar, sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisis yang digunakan dalam penentuan komponen kimia dan komposisinya (Agusta, 2000).
Minyak atsiri pada tanaman beluntas terdapat pada bagian daun. Ditinjau dari sumber alami minyak minyak atsiri. Subtansinya yang mudah menguap dapat dijadikan ciri khas dari suatu  jenis tumbuhan. Setiap tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri aromany spesifik. Ada beberapa jenis minyak atsiri yang memiliki aroma yang mirip, tetapi komponen kimia penyusunnya yang berbeda.
2.      Alkanoid sebagai obat batuk
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat pada tumbuhan dan hewan. Kata alkaloid berarti “mirip alkali” karena dianggap bersifat basa. Istilah alkaloid kali pertama digunakan oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819, apoteker dari jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa, pada waktu itu sudah dikenal dengan morfin, striknina, dan solanina.hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga sampai sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya. Alkaloid biasanya dihasilkan oleh berbagai organisme mulai dari bakteri, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Untuk mendapatkan senyawa alkaloid biasanya didapatkan dengan cara ekstraksi. Saat dikonsumsi senyawa alkaloid terasa pahit atau getir.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial)
Aktivitas Biologi
Nikotin
Stimulan pada syaraf otonom
Morfin
Analgesik, obat batuk
Kodein
Analgesik, obat batuk
Atropin
Obat tetes mata
Skopolamin
Sedatif menjelang operasi
Kokain
Analgesik
Piperin
Antifeedant (bioinsektisida)
Quinin
Obat malaria
Vinkristin
Obat kanker
Ergotamin
Analgesik pada migrain
Reserpin
Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
Mitraginin
Analgesik dan antitusif
Vinblastin
Anti neoplastik, obat kanker
Saponin
Antibakteri

Golongan – golongan alkanoid yang lain adalah sebagai berikut:
b.      Golongan isokulina: alkaloid-alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine
c.       Golongan Pyrrolidine: hygrine, cuscohygrine, nikotina
e.       Alkaloid Fenantrena: alkaloid-alkaloid opium (morfin, codeine, thebaine)
f.       Golongan Phenethylamine: mescaline, ephedrine, dopamin
g.      Golongan Indola:
1.      Tryptamines: serotonin, DMT, 5-MeO-DMT, bufotenine
2.      Ergoniles (alkaloid-alkaloid dari ergot): ergine, ergotamine, lysergic acid
3.      Beta-carboline: harmani, harmaline, tetrahydroharmine
4.      Yohimbans: reserpine, yohimbine
5.      Alkaloid Vince: vinblastine, vincristine
6.      Alkaloid Tabernanthetboga: iboga, voacangine, coronaridine
7.      Alkaloid Strychnosnux-vomica:strychnine, brucine
h.      Golongan Purine:
Xantina: Kafein, teobromina,theophylline
i.        GolonganTerpenoid:
Alkaloid Acoitum: aconitine
Alkaloid Steroid (yang bertulang punggung steroid pada struktur yang bernitrogen)
Solanum (contoh: kentang dan alkaloid tomat, solanidine, solanine, chaconine)
Alkaloid Veratrum (Veratramine, cyclopamine, cycloposine, jervine, muld amine)
Alkaloid salamander berapi (samandarin)
Lainnya: conessine
j.        Senyawa ammonium quaternary: muscarine, choline, neurine
k.      Lain-lainnya: capsaicin, cynarin, phytolaccine, phytolaccotoxin
Batuk adalah suatu mekanisme perlindungan berupa reflek fisiologis yang bertujuan untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari 'benda asing' yang merangsang terjadinya reflek tersebut. Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu polusi udara, perubahan suhu mendadak suhu mendadak, dan rangsangan mekanis. Jenis obat batuk dibagi menjadi dua macam yaitu
  1. Ekspektoran (pengencer dahak)
Obat batuk ini ditujukan untuk jenis batuk berdahak, karena dapat mempertinggi sekresi saluran pernapasan atau mencairkan dahak. Kandungan obat batuk yang mungkin ada dalam jenis ekspektoran ini adalah zat yang bersifat mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan, misalnya guaiafenesin atau gliserin guaiacolat (GG), ammonium klorida (NH 4 Cl), dan kalium yodida (KI). Obat batuk jenis ini seringkali dicampur dengan ramuan tumbuh-tumbuhan seperti jahe dan mint sehingga memberikan rasa hangat pada tenggorokan.
  1. Non-Ekspektoran (obat penekan batuk)
Obat penekan batuk biasanya digunakan untuk batuk tidak berdahak karena kerjanya menekan pusat batuk di otak dan menaikkan ambang rangsang batuk. Biasanya tersedia dalam bentuk cair atau padat. Obat batuk ini ditunjukkan untuk jenis batuk kering. Ada dua golongan zat aktif yang biasa digunakan yaitu golongan alkaloid morfin seperti kodein, dionin, dan lain-lain. dan golongan non morfin sseperti dextromenthorphan (DMP)
 Penyakit batuk dapat diredam dengan suatu zat yang disebut dengan zat intusif.  zat intusif yaitu suatu zat yang digunakan sebagai pereda batuk atau suatu senyawa yang bekerja dengan menekan pusat batuk. Ada dua golongan zat aktif yang biasa digunakan untuk jenis antitusif, yaitu golongan Alkaloid Morfin dan Non-Morfin. Golongan Alkaloid Morfin misalnya kodein, dionin, codipront dan lain-lain.

 XI.            METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium prodi kimia fakultas tarbiyah IAIN Walisongo. Penelitian ini mempunyai tujuan akhir dapat memenfaatkan tanaman sederhana sebagai obat untuk penyakit batuk dengan harga murah dan mudah di dapat.
Tahapan Pelaksanaan
a.     Tahap awal
1)      Pembelian peralatan
2)      Pembelian atau pencarian bahan

b.      Tahap Pelaksanaan
1)      Pengambilan, pengeringan, dan penghalusan.
Bahan tumbuhan yang digunakan adalah daun beluntas (pluchea indica Less) yang sehat (tidak terkena hama) mulai dari bagian tua sampai pucuknya, dicuci dengan air mengalir, dikeringkan kemudian dihaluskan.
2)      Ekstraksi
Ambil 100 gram serbuk beluntas kemudian ditambahkan ethanol 96% 150 mL diaduk, kemudian dipisahkan antara filtrat dan residunya dengan cara penyaringan. Filtratnya kemudian di tampung dalam Erlenmeyer, sementara residunya di campur dengan 96% 150 mL ethanol untuk diambil filtratnya kembali dan dicampur dengan filtrat yang pertama hingga tiga kali. Kemudian semua filtrat yang telah terkumpul dijadikan satu dalam Erlenmeyer kemudian di evaporasi, sehingga menjadi ekstrak kental.
3)      Uji fitokimia
1.      Alkaloid
Sampel dibasakan dengan ammonia 10% kemudian ditambahkan kloroform, digerus kuat-kuat. Lapisan kloroform dipipet sambil disaring, lalu di dalamnya ditambahkan larutan asam klorida 2 N,campuran dikocok kuat sehingga terbentuk dua lapisan lapisan asam dipipet kemudian dibagi menjadi tiga bagian:
1.1      bagian pertama ditambahkan pereaksi Meyer. Terjadinya endapan putih atau kekeruhan menunjukkan adanya alkaloid.
1.2      Bagian kedua ditambahkan pereaksi Dragendrof. Terjadina endapan jingga coklat menunjukkan adanya alkaloid.
1.3      Bagian ketiga digunakan sebagai blangko.

a.       Tahap akhir
Penyusunan laporan
Instrumen pelaksanaan
Pengujian produk sebagai obat batuk

XII.            JADWAL KEGIATAN
Adapun rincian jadwal kegiatan adalah sebagai berikut:
No.
Kegiatan
Waktu
1.
2.
3.

4.

5.
6.
7.
8.
9.
Studi Literatur
Penyusunan proposal
Pengumpulan data dan observasi awal
Persiapan alat dan bahan serta penyusunan instrument
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan dan analisis data
Penyusunan laporan
Ekspose hasil penelitian
Revisi hasi penelitian
1 September 2012
13 September 2012 – 18 oktober 2012
19 oktober 2012 – 09 november 2012
10 november 2012  – 24 november 2012
25  november 2012 – 25 desember 2012

26 desember 2012 – 27 januari 2012
28 januari  2012– 30 Pebruari 2012
30 Pebruari 2012 – 02 maret 2012
02 maret 2012 – 03 maret 2012
03 maret  2012 – 30 maret 2012

XIII.            Rancangan Biaya
No.
Keterangan
Jumlah biaya
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.
Pengadaan data teoritis (literatur)
Pengadaan ATK
Pengumpulan data dan observasi awal
Persiapan alat dan bahan serta penyusunan instrument
Pelaksanaan penelitian
Penulisan hasil penelitian
Ekspose hasil penelitian
Penggandaan laporan
Aomodasi
Rp.   500.000,-
Rp.   750.000,-
Rp.   500.000,-
Rp. 1.000.000,-

Rp. 1.500.000,-
Rp.    750.000,-
Rp.    500.000,-
Rp.    500.000,-
Rp. 1.000.000,-

Jumlah
Rp. 7.000.000,-
XIV.            DAFTAR PUSTAKA ACUAN
Sastrohamidjojo, Hardjono, 1996, Sintesis Bahan Alam, Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
http;//www.google.co.id/url?sa=t&ct=j&q=kandungan+kimia+daun+beluntas diakses tanggal 30 juli 2012
http://jamu.biologi.ub.ac.id/?page_id=187 diakses tanggal 30 juli 2012










XV.            LAMPIRAN
Gambar tanaman beluntas


Struktur alkanoid

Flowchart: Process: Serbuk beluntasMekanisme ekstraksi daun beluntas


Ditimbang 100 gram
Ditambahkan etanol 96% 150 mL
Flowchart: Alternate Process: Filtrat I                                                                                                                         Difiltrasi


Flowchart: Alternate Process: residu
 
Flowchart: Predefined Process: Ditampung dalam erlenmeyer                                                                                                                                    


Flowchart: Card: Dilarutkan lagi dengan ethanol 96% 150%
 
                                                                                                              








Flowchart: Card: Disaring

 
Flowchart: Predefined Process: DievaporasiFlowchart: Delay: DibuangFlowchart: Decision: ResiduFlowchart: Decision: Filtrasi IIIFlowchart: Connector: DisaringOval: Dilarutkan lagi dengan ethanol 96% 150 mLFlowchart: Preparation: digabungFlowchart: Direct Access Storage: residuFlowchart: Direct Access Storage: Filtrasi II                                                                                                                        

  v







Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking