MAKALAH
PANDANGAN
DUNIA JAWA
Dipresentasikan
dalam Mata kuliah
Islam
dan Budaya Jawa
Yang
diampu oleh: M. Rikza Chamami, M.SI
Disusun
oleh :
Lis
Setiyo Ningrum (113711003)
Yeni
Sulistiyani (113711017)
Ilyana
Rokhmatin Nuzul (113711023)
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
PANDANGAN
DUNIA JAWA
I.
PENDAHULUAN
Dalam sejarah primbon agama di jawa. Suku jawa sebelum
menerima pengaruh agama dan kebudayaan hindu, masih dalam taraf animisme dan
dinamisme. Mereka memuja roh nenek moyang dan percaya adanya kekuatan gaib atau
daya magis yang terdapat pada benda, tumbuh-tumbuhan. Bintang, dan lain-lain
yang dianggap memiliki daya sakti.
Kepercayaan dan pemujaan seperti
tersebut di atas, dengan sendirinya belum mewujudkan diri sebagai suatu agama
secara nyata dan sadar. Pemikiran yang seperti itu tidak mudah dihilangkan
dalam kehidupan masyarakat jawa. Karena itu merupakan suatu kepercayaan. Bahkan
pengaruhnya dalam kehidupan saat ini banyak yang masih digunakan sebagai
pedoman, karena begitu kuatnya budaya orang jawa. Oleh karena itu dalam makalah
ini kami akan membahas tentang pengertian jawa, kejawen dan praktek kejawen
pada masyarakat jawa.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Bagaimana
penjelasan tentang Jawa?
B.
Bagaimana
penjelasan tentang Kejawen?
C.
Bagaimana
praktek kejawen pada masyarakat jawa?
III.
PEMBAHASAN
A.
Jawa
Jawa adalah
kelompok etnik terbesar di Asia Tenggara. Etnik ini berjumlah kurang lebih
empat puluh persen dari dua ratus juta penduduk Indonesia.[1]
Umumnya masyarakat Jawa bertempat tinggal di Pulau Jawa. Pulau Jawa kurang
lebih sepanjang 1.100 kilometer dan rata-rata selebar 120 kilometer dan
terletak antara derajat garis lintang selatan ke-5 dan ke-8. Dengan 132.187
kilometer persegi (termasuk Madura), Jawa memuat kurang dari tujuh persen dari
tanah seluruh Indonesia.
Semula di Jawa
dipergunakan empat bahasa yang berbeda. Penduduk-penduduk asli Ibukota Jakarta
bicara dalam suatu dialek bahasa Melayu yang disebut Melayu-Betawi. Di bagian
tengah dan selatan Jawa Barat dipakai bahasa Sunda, sedangkan Jawa Timur bagian
Utara dan Timur sudah lama dihuni oleh imigran-imigran dari Madura yang tetap
mempertahankan bahasa mereka. Bahasa Jawa dalam arti yang sebenarnya dijumpai
di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yang disebut orang Jawa adalah orang yang bahasa
ibunya adalah bahasa jawa dalam arti yang sebenarnya. Jadi orang Jawa adalah
penduduk asli bagian tengah dan timur Pulau Jawa yang berbahasa Jawa.
Dalam wilayah
kebudayaan Jawa sendiri dibedakan lagi antara para penduduk pesisir utara
dimana hubungan perdangan, pekerjaan nelayan, dan pengaruh Islam lebih kuat
menghasilkan bentuk kebudayaan Jawa yang khas, yaitu kebudayaan pesisir, dan
daerah-daerah Jawa pedalaman, sering juga disebut “kejawen”, yang mempunyai
pusat budaya dalam kota-kota kerajaan Surakarta dan Yogyakarta, dan disamping
dua karesidenan ini juga termasuk Karesidenan Banyumas, Kedu, Madiun, Kediri,
dan Malang.
Orang Jawa sendiri
membedakan dua golongan sosial: (1) wong cilik (orang kecil), terdiri
dari sebagian besar massa petani dan mereka yang berpendapatan rendah di kota,
dan (2) kaum priyayi di mana termasuk kaum pegawai dan orang-orang
intelektual. Di samping lapisan-lapisan social-ekonomis ini masih dibedakan dua
kelompok atas dasar keagamaan. Kedua-duanya secara nominal termasuk agama
Islam, tetapi golongan pertama dalam kesadaran dan cara hidupnya lebih
ditentukan oleh tradisi-tradisi Jawa pra-Islam, sedangkan golongan kedua
memahami diri sebagai orang Islam dan berusaha untuk hidup menurut ajaran
Islam. Yang pertama dapat disebut Jawa Kejawen. Dalam kepustakaan, kelompok
pertama sering juga disebut “abangan”, yang kedua “santri”.
Keagamaan orang
Jawa Kejawen selanjutnya ditentukan oleh kepercayaan pada berbagai macam roh yang
tak kelihatan, yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit apabila mereka dibuat
marah atau kita kurang hati-hati. Orang bisa melindungi diri dengan
sekali-sekali memberi sesajen yang terdiri dari nasi dan makanan lain,
daun-daun bunga dan kemenyan; dengan minta bantuan dukun; dan juga dengan
berusaha untuk mengelakkan kejutan-kejutan dan tetap mempertahankan batin kita
dalam keadaan tenang dan rela.[2]
B.
Kejawen
Kata kejawen dalam kamus
besar bahasa indonesia berasal dari kata kejawaan dan jawanisme, yang menjadi
sebutan deskriptif bagi elemen-elemen kebudayaan jawa yang dianggap jawa secara
hakiki dan hal itu didefinisikan sebagai suatu kategori yang unik. Jadi
Kejawen adalah suatu faham orang jawa atau aliran kepercayaan yang muncul
dari masuknya berbagai macam agama ke jawa. Kejawen mengakui adanya Tuhan Gusti
Allah tetapi juga mengakui mistik yang berkembang dari ajaran tasawuf
agama-agama yang ada.
Jawanisme atau kejawen lebih menunjuk
pada sebuah etika dan sebuah gaya hidup yang diilhami oleh pemikiran jawa,
Sehingga seketika sebagian orang mengungkap kejawen mereka dalam praktek
beragama. Misalnya dalam praktek mistisisme, pada hakikatnya hal itu adalah
suatu karakteristik yang secara kultural condong pada kehidupan yang mengarasi
keanekaragaman religius. Misalnya, masyarakat di jogjakarta banyak yang
menjalankan kewajiban agama islam secara sungguh-sungguh dan dari segi manapun
mereka memenuhi nsyarat untuk disebut santri. akan tetapi, mereka tetap orang
jawa yang membicarakan kehidupan dalam perspektif mitologi wayang, atau
menafsirkan sholat lima waktu sebagain pertemuan pribadi dengan tuhan, banyak
dari merekapun menghormati selametan sebagai mekanisme integrasi sosial yang
penting, atau sangat memulyakan kewajiban, menziarahi makam orang tua, dan leluhur
mereka. Lebih dari itu, dalam pengertian etis, mereka akan menempa diri sama
seriusnya dengan orang jawa yang mana saja untuk menjadi ikhlas, yakni
ketulusan niat. Hal ini ada kaitannya dengan pemahaman jawa untuk sepi ing
pamrih, yakni tidak diarahkan oleh tujuan-tujuan egoistik, menempatkan
kepentingan orang lain diatas kepentingan diri sendiri.
Begitulah kejawen sejauh yang kita
ketahui saat ini jelas-jelas merupakan sebuah produk dari pertemuan antara
islam dengan peradaban jawa kuno, produk dari penjinakan, penundukan
kerajaan-kerajaan jawa oleh kongsi dagang hindia timur (VOC), hasil dari
pertemuan kolonial antara orang jawa dan belanda. Gesekan-gesekan itu, memaksa
orang jawa untuk merenungkan keberadaan mereka dan yang lebih penting lagi, memecu
konstruksi sebuah jati diri jawa. Refleksi dan konstruksi itu adalah buah dari
pertentangan dengan liyan (othernes) sehingga lama kelamaan
pertentangan-pertentangan pun berkembang, seperti santri >< abangan, jawa
>< eropa, dan dunia timur oriental >< barat yang materialistik.[3]
Sebagai sebuah sistem pemikiran,
jawanisme atau kejawen itu cukup rumit dan luas meliputi:
a.
Kosmologi
Kosmologi berasal dari bahasa yunani yaitu kosmos yang berarti
susunan atau ketersusunan yang baik. Kosmos merupakan dunia ( universe ). Orang
Jawa memandang alam terdiri dari empat unsur, yaitu:
a)
Api
merupakan emosi. Contohnya di gunung
berapi
b)
Air
merupakan roh. Contohnya di pantai parang tritis
c)
Tanah
merupakan dari mana kita (manusia) diciptakan.
d)
Angin
merupakan perasaan.
e)
Kebudayaan
Jawa mengajarkan hubungan yang harmoni antara makrokosmos (alam raya),
mikrokosmos (alam manusia), dan metakosmos (kekuatan ghaib). Contohnya
keraton jogja.
Hubungan antara
mikrokosmos (jagat cilik) dengan makrokosmos (jagat gede) sangat
erat. Masyarakat dahulu selalu menjaga ketertiban alam semesta (jagat gede)
dengan melalui penjagaan terhadap jagat cilik (akhlak dan spiritual) manusia.
b.
Mitologi
Mitologi adalah
ilmu tentang mitos. Mitos adalah cerita suci berbentuk simbolik yang
mengisahkan serangkaian peristiwa nyata dan imajiner menyangkut asal-usul dan
perubahan-perubahan alam raya dan dunia, dewa-dewi, kekuatan atas kodrati,
manusia, pahlawan, dan masyarakat.
Ciri-ciri Mitos:
a)
Memiliki
sifat suci atau sakral, karenanya terkait dengan tokoh yang sering dipuja.
b)
Dijumpai
dalam dunia mitos bukan dalam dunia kehidupan sehari-hari atau pada masa lampau
yang nyata.
c)
menunjukan
pada kejadian kejadian larangan tertentu.
d)
Kebenaran
mitos tidak penting.
Macam-macam mitos :
1)
Mitos
berupa gugoh tuton yaitu mitos yang berupa larangan-larangan tertentu.
2)
Mitos
berupa bayangan asosiatif yaitu mitos
yang biasanya muncul dalam dunia mimpi
3)
Mitos
yang berupa dongeng, legenda, dan cerita-cerita yaitu mitos yang diyakini
karena memiliki legitimasi yang kuat dalam alam pikiran masyarakay Jawa
4)
Mitos
yang berupa sirikan yaitu mitos yang Bernafas asosiatif, tetapi tekanan
utama pada aspek ora ilok.
Contoh mitos populer masyarakat jawa:
a)
Mitos
Semar
Tokoh satu ini selalu ditinggikan dalam segala hal yang menyangkut
tata hidup kehidupan jawa
b)
Mitos
Dewi Sri
Dewi Sri oleh orang jawa diyakini sebagai dewa padi. Dia adalah
pembawa berkah dalam bidang pertanian.
c)
Mitos
Nyai Ratu Roro Kidul
Patokan keraton Yogyakarta bahwa ratu kidul adalah sosok kekuaan
magis yang patut dipuja.
d)
Mitos
Aji Saka
Orang jawa menganggap Aji Saka yang madhangake kawruh,
artinya yang menaburkan kepandian kepada orang jawa
c.
Mistisisme
Kata mistisme berasal dari bahasa yunani yaitu mystikos yang
artinya rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman. Sedangkan
secara istilah mistisme merupakan paham yang memberikan ajaran yang serba
mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi,
gelap atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau
dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali penganutnya.
Salah satu contoh upacara adat Jawa yang mengandung hal mistis
adalah ruwatan. Koentjaraningrat memasukkan upacara ngruwat sebagai ilmu ghaib
protektif,yaitu upacara yang dilakukan dengan maksud untuk menghalau penyakit
dan wabah, membasmi hama tanaman dan sebagainya, yang sering kali menggunakan
mantra-mantra untuk menjauhkan penyakit dan bencana.[4]
C.
Praktek kejawen di masyarakat jawa
Dalam
kehidupan bermasyarakat saat ini, kita tidak bisa lepas dari kebudayaan orang
jawa. Berikut beberapa contoh kongkritnya:
1.
Ruwatan
Adalah Tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian,
atas dosa/kesalahannya yang diperkirakan bisa berdampak kesialan didalam
hidupnya. Dalam cerita “wayang” dengan lakon Murwakala pada tradisi ruwatan di
jawa (jawa tengah) awalnya diperkirakan berkembang didalam cerita jawa kuno,
yang isi pokoknya memuat masalah pensucian, yaitu pembebasan dewa yang telah
ternoda, agar menjadi suci kembali, atau meruwat berarti: mengatasi atau
menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan pertunjukan/ritual
dengan media wayang kulit yang mengambil tema/cerita Murwakala.
Kata Murwakala/ purwakala
berasal dari kata purwa (asal muasal manusia), dan pada lakon ini, yang menjadi
titik pandangnya adalah kesadaran: atas ketidak sempurnanya diri manusia, yang
selalu terlibat dalam kesalahan serta bisa berdampak timbulnya bencana. Untuk
pagelaran wayang kulit dengan lakon Murwakala biasanya diperlukan perlengkapan
sebagai berikut: Alat musik jawa (Gamelan), Wayang kulit satu kotak (komplit),
Kelir atau layar kain, dan Blencong atau lampu dari minyak, dan sesajen.[5]
2.
Perjodohan
Dalam
perjodohan masyarakat biasanya menggunakan perhitungan jawa dalam menentukan
baik buruknya jika mereka itu dinikahkan. Salah satu cara perhitungan mereka
adallah sebagai berikut:
Perhitungan perjodohan
Dalam pasaran:
Legi :
5 Paing : 9
Pon :
7 Wage : 4
Kliwon :
3
Dalam Hari:
Jum’at :
6 Sabtu : 9
Ahad :
5 Senin : 4
Selasa :
3 Rabu : 7
Kamis :
8
Cara kita menghitungnya adalah kita
menjumlahkannya, kemudian jumlah neptu atau weton termaten, dibagi lima.
·
Jika tersisa satu (Sri) maka baik/selamat
·
Jika tersisa dua (Dana) maka baik/kaya
·
Jika tersisa tiga (Lara) maka jelek/menderita
·
Jika tersisa empat (Pati) maka jelek/melarat
·
Jika tersisa lima (Lungguh) maka
baik/berkedudukan
Contoh:
Sinta akan dinikahkan dengan Rama. Yang mana weton
sinta adalah kamis wage dan
Rama adalah selasa kliwon. Bagaimanakah menurut
pandngan jawa jika keduanya
dinikahkan?
Jawab:
Sinta adalah kamis wage =
8 + 4 = 13
Rama adalah Selasa Kliwon = 3 + 3 = 9 +
=
22
Hasilnya adalah 22, jika dibagi
lima, maka hasilnya adalah 4 dan tersisa dua. Tersisa dua maka dilihat dari ketentuan,
hasilnya adalah Dana yaitu baik dan kaya.
Jika
dari perhitungan itu hasilnya tidak baik, dan mereka tidak bisa dipisahkan maka
ada cara yang
lain untuk mengantisipasinya yaitu dengan cara mencari hari pernikahan yang terbaik bagi
mereka.[6]
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Orang Jawa adalah
yang orang bahasa ibunya adalah bahasa jawa dalam arti yang sebenarnya. Jadi
orang Jawa adalah penduduk asli bagian tengah dan timur Pulau Jawa yang
berbahasa Jawa.
2. Orang Jawa sendiri
membedakan dua golongan sosial:
(1) wong cilik
(orang kecil), terdiri dari sebagian besar massa petani dan mereka yang
berpendapatan rendah di kota, dan
(2) kaum priyayi
di mana termasuk kaum pegawai dan orang-orang intelektual.
3. Kejawen merupakan suatu faham orang jawa
atau aliran kepercayaan yang muncul dari masuknya berbagai macam agama ke jawa.
Kejawen mengakui adanya Tuhan Gusti Allah tetapi juga mengakui mistik yang
berkembang dari ajaran tasawuf agama-agama yang ada.
4. Sebagai sebuah
sistem pemikiran, jawanisme atau kejawen itu cukup rumit dan luas meliputi:
a.
Kosmologi
b.
Mitologi
c.
Mistisisme
5.
Adapun contoh dari kejawen adalah
upacara ruwatan, menghitung
perjodohan dalam hitungan Jawa.
B. Saran
Demikian makalah
yang penulis susun. Adapun kesalahan dan kekurangan yang ada pada makalah ini,
penulis mohon maaf. Karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat
penulis harapkan untuk upaya penyempurnaan makalah ini dan
semoga dalam pembuatan makalah- makalah selanjutnya bisa lebih
baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Hudoyo
Doyodipuro, KRHT, Horoskop Jawa, Semarang: Dahara Prize, 2006.
Magnis-Suseno
SJ, Franz, ETIKA JAWA Sebuah analisa Falsafi tentang kebijaksanaan hidup
jawa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Mulder
Niels, Mistisme Jawa: Ideologi di Indonesia, Yogyakarta: PT LKIS Prinding
Cemerlang, 2001.
Maulfi Syaiful Rizal, Pandangan Dunia Jawa, http://Pandangan-dan-Mitologi-Jawa.ppt, diakses Senin, 1 Maret 2013 pukul
19.00
Ramadhan, Ruwatan, http://worldmysteryhouse.blogspot.com/2010/08/ruwatan.html, diakses Rabu, 3 Maret
2012 pukul 2:22
BIODATA
PEMAKALAH
1.
Nama : Lis Setiyo Ningrum
NIM :
113711003
Jurusan/Prodi :
Tadris Kimia
Tempat, tanggal lahir :
Pati, 18 Agustus 1993
Pendidikan :
SD : SD N Mojoluhur, Jaken Pati
SMP :
MTs. Natijatul Islam Jaken, Pati
SMA : MA
Matholi’ul Huda, Pucakwangi Pati
Alamat :
Ds. Mojoluhur RT.01’02 Kecamatan Jaken, Pati
Nomor Telepon :
089670300978
Email :
lis_ningrum@yahoo.com
2.
Nama : Yeni Sulistiyani
NIM :
113711017
Jurusan/Prodi :
Tadris Kimia
Tempat, tanggal lahir : Pati, 30 Juli 1993
Pendidikan :
MI.Miftahul Ulum,
Ds.Purwokerto-Tayu-Pati
MTs. Miftahul Huda, Tayu-Pati
MA. Miftahul Huda ,Tayu-Pati
Alamat :
Ds. Purwokerto
Barat, Rt/ Rw.04/II, Kec. Tayu,Kab. Pati
Nomor Telepon : 089 668 282 187
3.
Nama : Ilyana Rokhmatin
Nuzul
NIM :
113711023
Jurusan/Prodi :
Tadris Kimia
Tempat, tanggal lahir :
Jepara, 15 September 1993
Pendidikan :
SD : SD N 2 Pelemkerep Mayong
SMP :
SMP N 1 Mayong
SMA :
SMA N 1 Pecangaan
Alamat :
Pelemkerep RT.03/02 Nomor 110 Mayong, Jepara
Nomor Telepon :
085640312843
Email :
liliyana65@gmail.com
[4] Maulfi Syaiful Rizal, Pandangan Dunia Jawa, http://Pandangan-dan-Mitologi-Jawa.ppt,
diakses Senin, 1 Maret 2013
pukul 19.00
[5]
Ramadhan, Ruwatan, http://worldmysteryhouse.blogspot.com/2010/08/ruwatan.html,
diakses Rabu, 3 Maret 2012 pukul 2:22